Sekolah hanya mengajari sejarah secara garis besar saja. Pelajaran sejarah sekolah hanyalah alat propaganda. disini tempat belajar sejarah anti mainstrim

Monday, November 27, 2017


Bung karno menyuarakan perlawanannya melalui pidato-pidatonya di atas podium yang membuat dirinya di juluki sebagai singa podium. Namanya adalah Muhammad Hatta , Seorang laki-laki berkaca mata bulat besar dengan pandangan wajah dingin yang kelak menjadi wakil presiden RI pertama. Jika bung karno adalah orator di atas podium, maka partnernya bung Hatta adalah orator di atas pena. Pria kelahiran Bukittinggi 12 Agustus 1902, yang umurnya hanya terpaut 1tahun dengan bung karno ini, menyuarakan perlawanannya melalui goretan tinta hitam di atas kertas putih. Seperti salah satu tulisannya yang dimuat majalah jong sumateran bond, tulisan atau lebih tepatnya disebut cerita pendek yang mengisahkan tokoh khayali seorang janda cantik yang terbujuk kawin lagi. Kisahnya yang ditulis bung Hatta dan di muat di jong sumteran bond seperti ini :

“namaku hindania, aku dilahirkan di matahari hidup waktu fajar lagi menyingsing, disambut oleh angin sepoi-sepoi yang bertiup dari angkasa serta dinyanyikan oleh suara margasatwa yang merdu bunyinya. Setelah ditinggal mati suaminya Brahmana dari Hindustan, dia bertemu seorang musafir dari barat, bernama Wolandia yang kemudian mengawininya. Tapi wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku dari pada diriku dan menyianyiakan anak-anakku. Dalam kepedihan, Hindania bersyukur terjadi perubahan besar di Barat yakni ketika maharaja mars yang bengis naik takhta di “negeri maghrib” yang kebengisannya menyadarkan Wolandia untuk lebih bermuka 
manis”.

Kisah sederhana itu hanya akan menjadi roman picisan seandainya bung Hatta hanya bercerita tentang cinta belaka. Akan tetapi jika di telaah lebih jauh, tulisan bung Hatta di atas sungguh sebuah sarkasme yang kaya akan makna serta gambaran nyata tentang apa Indonesia dan siapa Belanda. Mari kita kupas.

Hindania adalah personafikasi (penggambaran) dari “Indonesia” dan Belanda di gambarkan sebagai wolandia seorang musafir miskin dari barat yang hanya mencintai harta Hindania, harta yang dimaksud dalam tulisan bung Hatta adalah kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, seperti yang kita ketahui, dulu Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang sebagai seorang musafir !. pada 1920 ketika bung Hatta menulis kisah itu Belanda sedang gencar menerapkan kebijakan “politik etis” bersikap lebih manis pada rakyat pribumi. Karena keadaan di eropa pascha perang dunia 1 (yang digambarkan sebagai maharaja mars) yang mungkin sedang terjadi pergolakaan politik di Negeri Belanda saat itu.

Bung Hatta adalah seorang intelek sejati  yang selalu mengedepankan Diplomasi dibanding pertumpahan darah dalam jalan perjuangannya untuk menggapai kemerdekaan RI maka dari itu ketika berlabuh di Jepang tahun 1933 oleh wartawan Jepang bung Hatta dijuluki sebagai Gandhi of Java

Sejak masih muda bung Hatta sudah berkutat di dunia organisasi dan perpolitikan, ketika bung Hatta duduk di bangku MULO kini SMP  ia menjadi pengurus dan bendahara jong sumateran bond. Kehidupan organisasinya terus berlanjut ketika bung Hatta mengenyam pendidikan di rotterdam, awalnya Hatta hannya menjadi anggota Indische vereeningging kemudian bung Hatta terpilih menjadi bendahara merangkap anggota dewan redaksi majalah hindia putra majalah terbitan Indische vereeningging yang kemudian menjadi majalah Indonesia merdeka. Pada tahun 1926-1930 Hatta menjabat ketua Indische vereeninging yang kemudian berganti nama menjadi Indonesche Vereegning dan diubah kembali menjadi Perhimpunan Indonesia. Bung Hatta pula lah yang meperkenalkan nama “Indonesia” di Negeri kincir angin.

Sebagai seorang tokoh pergerakan nasional tentulah bung Hatta pernah mendekam di balik dinginnya jeruji besi. Bung Hatta dijebloskan atas tuduhan sebagai komunis, karena pada akhir 1926 dan awal 1927, terjadi pemberontakan komunis pimpinan semaun yang kemudian bisa dengan mudah di berengus oleh pemerintah Hindia Belanda. Tuduhan tersebut di tambah dengan kritikan tajam yang sebelunya di muat dalam berbagai tulisan bung Hatta di majalah Indonesia merdeka.
Pada sidang pengadilan 22 Maret 1928, Hatta membacakan Pledoi (nota pembelaan) yang berjudul Indonesia Vrij (Indonesia merdeka) isinya menjelaskan praktik kolonial Belanda di Indonesia dan kesengsaraan akibat praktik tersebut. Bung Hattapun di bebaskan karena tuduhan yang di tujukan padanya tidak kuat.

Bung Hatta mencintai tulisan dan sastra, dia berlangganan Koran utusan Hindia Belanda (pimpinan H.O.S Cokrominoto) dan Neraca (pimpinan H.Agus salim) tokoh pergerakan pada masanya. Yang membangkitkan semangat kebangsaan pada Hatta kecil waktu itu.

Bukan hanya mencintai tulisan, bung Hatta juga banyak membuat tulisan, seperti: tujuan dan politik pergerakan Nasional di Indonesia (1931), krisis ekonomi dan kapitalisme (1934), Rasionalisasi (1939), beberapa pasal ekonomi (1943), pengantar ke jalan ekonomi sosiologi, alam fikiran yunani, pengantar kejalan ilmu dan pengetahuan dan fikiran dalam bidang ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang merata di tahun 1974.


Ketika bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 bung Hatta mewariskan 30 ribu judul buku dalam perpustakaan pribadi sebagai warisan termahalnya. Secara tidak langsung bung hatta ingin memberitahu pada kita bahwa dengan membaca berarti melawan ! 

Sumber : -kutipan dari Buku tempo Muhammad Hatta jejak yang melampaui zaman
-B.A saleh seri pahlawan terbitan CV. Citra praya
6:37 PM   Posted by Unknown in with 4 comments

4 comments:

  1. Semenjak baca baca tentang bung hatta. Saya pribadi jadi mengindolakannya. Karena beliau selalu mengedepankan diplomasi

    ReplyDelete
  2. gan post dong mengenai keluarnya indonesia dari PBB beberapa tahun silam sy pengen tau sejarahnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke kaka. Nanti saya posting. Terimakasih sudah berkunjung

      Delete

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search