Bung karno menyuarakan perlawanannya melalui
pidato-pidatonya di atas podium yang membuat dirinya di juluki sebagai singa
podium. Namanya adalah Muhammad Hatta , Seorang laki-laki berkaca mata bulat
besar dengan pandangan wajah dingin yang kelak menjadi wakil presiden RI
pertama. Jika bung karno adalah orator di atas podium, maka partnernya bung
Hatta adalah orator di atas pena. Pria kelahiran Bukittinggi 12 Agustus 1902,
yang umurnya hanya terpaut 1tahun dengan bung karno ini, menyuarakan
perlawanannya melalui goretan tinta hitam di atas kertas putih. Seperti salah
satu tulisannya yang dimuat majalah jong sumateran bond, tulisan atau lebih
tepatnya disebut cerita pendek yang mengisahkan tokoh khayali seorang janda
cantik yang terbujuk kawin lagi. Kisahnya yang ditulis bung Hatta dan di muat
di jong sumteran bond seperti ini :
“namaku hindania, aku
dilahirkan di matahari hidup waktu fajar lagi menyingsing, disambut oleh angin
sepoi-sepoi yang bertiup dari angkasa serta dinyanyikan oleh suara margasatwa
yang merdu bunyinya. Setelah ditinggal mati suaminya Brahmana dari Hindustan, dia
bertemu seorang musafir dari barat, bernama Wolandia yang kemudian
mengawininya. Tapi wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku dari
pada diriku dan menyianyiakan anak-anakku. Dalam kepedihan, Hindania bersyukur
terjadi perubahan besar di Barat yakni ketika maharaja mars yang bengis naik
takhta di “negeri maghrib” yang kebengisannya menyadarkan Wolandia untuk lebih
bermuka
manis”.
Kisah sederhana itu hanya akan menjadi roman picisan
seandainya bung Hatta hanya bercerita tentang cinta belaka. Akan tetapi jika di
telaah lebih jauh, tulisan bung Hatta di atas sungguh sebuah sarkasme yang kaya
akan makna serta gambaran nyata tentang apa Indonesia dan siapa Belanda. Mari
kita kupas.
Hindania adalah personafikasi (penggambaran) dari
“Indonesia” dan Belanda di gambarkan sebagai wolandia seorang musafir miskin
dari barat yang hanya mencintai harta Hindania, harta yang dimaksud dalam
tulisan bung Hatta adalah kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, seperti yang
kita ketahui, dulu Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang sebagai
seorang musafir !. pada 1920 ketika bung Hatta menulis kisah itu Belanda sedang
gencar menerapkan kebijakan “politik etis” bersikap lebih manis pada rakyat
pribumi. Karena keadaan di eropa pascha perang dunia 1 (yang digambarkan
sebagai maharaja mars) yang mungkin sedang terjadi pergolakaan politik di
Negeri Belanda saat itu.
Bung Hatta adalah seorang intelek sejati yang selalu mengedepankan Diplomasi dibanding pertumpahan
darah dalam jalan perjuangannya untuk menggapai kemerdekaan RI maka dari itu ketika
berlabuh di Jepang tahun 1933 oleh wartawan Jepang bung Hatta dijuluki sebagai Gandhi of Java
Sejak masih muda bung Hatta sudah berkutat di dunia
organisasi dan perpolitikan, ketika bung Hatta duduk di bangku MULO kini SMP ia menjadi pengurus dan bendahara jong
sumateran bond. Kehidupan organisasinya terus berlanjut ketika bung Hatta
mengenyam pendidikan di rotterdam, awalnya Hatta hannya menjadi anggota
Indische vereeningging kemudian bung Hatta terpilih menjadi bendahara merangkap
anggota dewan redaksi majalah hindia putra majalah terbitan Indische
vereeningging yang kemudian menjadi majalah Indonesia merdeka. Pada tahun
1926-1930 Hatta menjabat ketua Indische vereeninging yang kemudian berganti
nama menjadi Indonesche Vereegning dan diubah kembali menjadi Perhimpunan
Indonesia. Bung Hatta pula lah yang meperkenalkan nama “Indonesia” di Negeri
kincir angin.
Sebagai seorang tokoh
pergerakan nasional tentulah bung Hatta pernah mendekam di balik dinginnya
jeruji besi. Bung Hatta dijebloskan atas tuduhan sebagai komunis, karena pada
akhir 1926 dan awal 1927, terjadi pemberontakan komunis pimpinan semaun yang kemudian
bisa dengan mudah di berengus oleh pemerintah Hindia Belanda. Tuduhan tersebut
di tambah dengan kritikan tajam yang sebelunya di muat dalam berbagai tulisan
bung Hatta di majalah Indonesia merdeka.
Pada sidang pengadilan 22 Maret 1928, Hatta membacakan
Pledoi (nota pembelaan) yang berjudul Indonesia Vrij (Indonesia merdeka) isinya
menjelaskan praktik kolonial Belanda di Indonesia dan kesengsaraan akibat
praktik tersebut. Bung Hattapun di bebaskan karena tuduhan yang di tujukan padanya
tidak kuat.
Bung Hatta mencintai tulisan dan sastra, dia berlangganan
Koran utusan Hindia Belanda (pimpinan H.O.S Cokrominoto) dan Neraca (pimpinan
H.Agus salim) tokoh pergerakan pada masanya. Yang membangkitkan semangat
kebangsaan pada Hatta kecil waktu itu.
Bukan hanya mencintai tulisan, bung Hatta juga banyak
membuat tulisan, seperti: tujuan dan politik pergerakan Nasional di Indonesia
(1931), krisis ekonomi dan kapitalisme (1934), Rasionalisasi (1939), beberapa
pasal ekonomi (1943), pengantar ke jalan ekonomi sosiologi, alam fikiran
yunani, pengantar kejalan ilmu dan pengetahuan dan fikiran dalam bidang ekonomi
untuk mencapai kemakmuran yang merata di tahun 1974.
Ketika bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 bung Hatta
mewariskan 30 ribu judul buku dalam perpustakaan pribadi sebagai warisan
termahalnya. Secara tidak langsung bung hatta ingin memberitahu pada kita bahwa
dengan membaca berarti melawan !
Sumber : -kutipan dari Buku tempo Muhammad Hatta jejak yang melampaui zaman
-B.A saleh seri pahlawan terbitan CV. Citra praya
-B.A saleh seri pahlawan terbitan CV. Citra praya
salah satu mutiara indonesia
ReplyDeleteSemenjak baca baca tentang bung hatta. Saya pribadi jadi mengindolakannya. Karena beliau selalu mengedepankan diplomasi
ReplyDeletegan post dong mengenai keluarnya indonesia dari PBB beberapa tahun silam sy pengen tau sejarahnya
ReplyDeleteOke kaka. Nanti saya posting. Terimakasih sudah berkunjung
Delete