Sekolah hanya mengajari sejarah secara garis besar saja. Pelajaran sejarah sekolah hanyalah alat propaganda. disini tempat belajar sejarah anti mainstrim

Wednesday, November 29, 2017


17 Agustus 1945 Proklamasi telah di proklamirkan oleh bung karno yang didampingi bung Hatta pada hari jumat pukul 10:00 di kediaman bung karno yang terletak di jalan pegangsaan timur no 56, dengan memanfaatkan sedikit halaman yang ada di kediamannya. Proklamasi dibacakan dengan kondisi yang seadanya sangat jauh dari segala kemegahan seperti jamuan makan dan segala macam bentuk parade kenegaraan. Bahkan pembacaan proklamasi hanya di hadiri oleh para tokoh Negara dan beberapa rakyat biasa. Maka dari itu, ini lah yang mendasari dilaksanakannya rapat raksasa di lapangan IKADA  (ikatan atletik Djakarta) yang sekarang menjadi lapangan monas.

1 bulan lewat 2 hari, tepatnya 19 September 1945 rapat raksasa di lapangan IKADA di laksanakan, pemerintah berhasrat menyampaikan kepada khalayak umum atas apa yang telah di proklamasikan oleh bung karno dan bung Hatta di pegangsaan timur no 56 pada 17 Agustus 1945 lalu.
Walaupun rapat di laksanakan di Jakarta, namun undangan dan ajakan tidak hanya terpusat di Jakarta. Undangan dan ajakan juga di sebar luaskan di berbagai daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jakarta seperti Bekasi, Karawang serta Tanggerang  

 Sebelum rapat di adakan, berbagai cara telah ditempuh untuk mengirimkan undangan atau ajakan menghadiri rapat oleh masa dari berbagai kalangan maupun organisasi antara lain, BKR (Badan keamanan rakyat sekarang TNI), pemuda kereta api, para pemuda menteng 31, prapatan 10, kepolisian, KNIP(komite nasional Indonesia pusat), pos/telegram, aparat pemerintah Jakarta dan segala macam bentuk organisasi masa/ laskar lainnya, ajakan itu disuarakan melalui telepon khusus antar stasiun yang dimiliki pemuda kereta api untuk menyebar luaskan seruan, bahkan truk-truk yang hendak pergi ke Bekasi juga menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan berita undangan tersebut.  

Namun kegiatan tersebut telah tercium oleh pemerintah Jepang. Pada malam hari tanggal 18-19 september 1945. Di jalan raya di seluruh kota Jakarta, hilir mudik mobil-mobil, tank serta penser menyerukan pengumuman bahwa rapat yang akan diadakan itu dilarang demi ketertiban dan ketenangan umum.

 Walau demikian, rapat ini tidak bisa ditawar-tawar dan dihalang halangi oleh jepang, rapat tetap diteruskan. Rapat harus diexplore sedemikian rupa agar mencapai hasil yang sebaik baiknya. Sejak pukul 10:00 rakyat berduyun duyun datang dari segala penjuru secara terorganisir, secara umum masa yang datang terdiri dari badan-badan perjuangan. Masa yang datang itu tidak terkonsentrasi khusus melainkan menyebar dengan masing masing kelompok yang kurang lebih terdiri dari 50-100 orang.
Dari arah merdeka selatan merupakan konsentrasi untuk masa yang berasal dari Bogor, Depok, jatinegara, kebayoran baru. Sementara masa yang datang dari Tanggerang dan Banten, masuk ke lapangan Ikada melalui arah timur, dengan membawa macam-macam senjata, tapi yang jelas bukan senjata api namun hanya senjata ala kadarnya seperti golok, bambu runcing, bom Molotov.

Pihak jepang tidak menyangka akan jumlah masa yang datang begitu besar. Tank yang telah disebar di seluruh penjuru lapangan untuk menahan agar rakyat tidak masuk tak mampu mengahadapi tekanan masa yang terus mendesak sehingga pelang-pelan tank tersebut tergiring sampai berada di tengah-tengah lapangan, dikelilingi masa tanpa bisa berbuat apa-apa. Tentara Jepang hanya bisa bertahan dan berjaga dengan bayonet terhunus.

Baik pihak Jepang maupun ketua panitia penyelenggara rapat  itu, Moeffrini moemin (kala itu menjadi komandan BKR Jakarta raya), tak menduga jumlah yang datang melampaui hitungan kasarnya yang hanya mencapai 250.000 orang.
Sementara itu masa yang menunggu kedatangan presiden berserta rombongan, terdengar disana sini menyanyikan lagu-lagu perjuangan untuk menggugah semangat. Setelah menunggu cukup lama, maka pada sore hari pukul 15:30an datanglah rombongan presiden, wakil presiden beserta anggota kabinet. Dibatas jalan merdeka timur(bang EXIM) dari sini presiden dan wakil presiden berjalan menuju mimbar dengan di kawal oleh Moeffreni moemin dan Ali sastroamidjojo.

Untuk melawati lapangan perlu waktu setengah jam bagi Presiden untuk sampai ke tengah-tengah lapangan karena masa yang begitu membeludak. Pada saat berjalan menuju podium seorang Jendral Jepang berjalan mendekat dan menanyakan “Apa maksud tuan mengadakan rapat ini?”. Di balas lah oleh bung karno “Tuan tentu sudah mengetahui bahwa Negara Indonesia telah merdeka dan baru di ploklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Itu akan disampaikan pada rakyat bahwa Indonesia sudah di proklamirkan”.

Setelah mendapat beberapa cegatan oleh pihak jepang, bung Karno naik ke atas mimbar terbuka yang sangat sederhana yang terbuat dari kayu. Ketika melihat Presiden dan Wakil presidennya, rakyat bersorak gemuruh, “HIDUP BUNG KARNO, HIDUP BUNG HATTA, MERDEKA !!!”. Bendera Dwi warna merah putih yang awalnya di sembunyikan dikibarkan seketika.

Lalu Bung Karno menyampaikan pidato singkatnya di atas mimbar ditengah-tengah rakyat yang penuh semangat. Pidato sengaja disampaikan secara singkat karena pada saat itu keadan masa sangat memanas artinya masa sangat bergelora penuh semangat dan mereka membawa senjata tajam dan bambu runcing karena ditakutkan apabilabung Karno berpidato terlalu lama dapat membakar semangat masa dan semua tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Disamping itu semua yang terpenting adanya suatu momentum dimana rakyat menyambut hangat 

proklamasi suatu kemerdekaan yang diinginkan seluruh rakyat.

Rapat Ikada adalah bukti dan perwujudan nyata, Negara dan pemerintah RI dibawah kepemimpinan Dwi tunggal Bung Karno dan Bung Hatta mendapatkan dukungan dan kepercayaan penuh dari rakyat Indonesia.

Sumber : Kutipan dari Buku Jakarta-Karawang-Bekasi dalam gejolak revolusi :perjuangan Moeffreni moemin
6:45 PM   Posted by Unknown with No comments

0 komentar:

Post a Comment

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search