Indonesia, Negara yang kaya raya, kaya sumber daya alamnya, namun
yang kaya hanya wakil rakyatnya. angka kemiskinan di Indonesia tergolong
tinggi. Di Artikel kompas keluaran Rabu , 19 Juli 2017, angka kemiskinan di
Indonesia tahun 2017 mencapai 27,7 juta jiwa. Angka ini bukan lahir atas
kesalahan pemerintah semata, namun pemerintah memiliki tanggung jawab dalam
memelihara kaum dhuafa yang berjumlah 27,7 juta jiwa tersebut, ini tercantum
dalam pasal 34 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara”.
Tanggung Jawab akan Fakir miskin memang merupakan tanggung jawab
pemerintah, akan tetapi apakah hal ini serta merta menjadi tanggung jawab
mutlak pemerintah? Jelas tidak !, masyarakat tentulah harus ambil bagian dari
penyelesaian masalah ini, karena ini adalah masalah kemanusiaan yang membutuhkan manusia lain, karena
sejak ratusan tahun yang lalu bangsa kita telah mengenal istilah gotong royong.
Perlu kita garis bawahi bahwa mengatasi kemiskinan disini
bukan berarti memberantas kemiskinan. Karena pada hakikatnya kemiskinan
pastilah ada dan tak bisa benar-benar di berantas, misalnya miskin hati. Di
Negara sekelas Dubai pun orang miskin maupun tuna wisma pastilah tetap bisa di
jumpai walaupun di Negara tersebut mobil-mobil sport dibuang sembarangan. Maka
dari itu, omong kosonglah bahwa ketika sebuah pemilu dan seorang kandidat
menyatakan ketika nanti dirinya memimpin akan memberantas kemiskinan.
Lantas bagaimana perananan masyarakat dalam mengatasi
kemiskinan ini?. Bisa dengan turun ke jalan membagikan makanan, bergabung
dengan organisasi kemasyarakatan ataupun memikirkan sebuah opini (pandangan)/ pemikiran,
tentang bagaimana cara mengatasi masalah ini. Karena sebuah dasar pemikiran
punya peranan yang tak kalah penting dalam penyelesaian masalah ini. Sebuah pemikiran
mampu merubah serta menggerakan masa, misalnya
manifesto communism karya Karl Max yang melahirkan ideologi komunis ataupun
Mein kampf Hitler yang dianggap sebagai injilnya NAZI.
Membangun sebuah Rumah senja di setiap daerah/ kabupaten.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, Apa sih yang dimaksud Rumah senja?. Rumah
senja tidak berbeda jauh dengan yang namanya homeless shelter, hanya perbedaan
pada penamaanya, bisa dikatakan bahwa rumah senja adalah penginapan gratis
untuk para tuna wisma. Jadi ketika malam tiba, para tuna wisma tidak harus lagi
tidur di emperan toko dengan menahan dinginnya malam dan tidur hanya dengan beralaskan
kardus bekas. Sebenarnya rumah senja bukanlah konsep yang saya miliki melainkan
berawal dari apa yang saya tonton dalam film pursuit of happiness. Hanya saja,
saya memodifikasi penamaannya agar lebih Indonesia dan mungkin ada sedikit
perbedaan konsep antara rumah senja dan
homeless shelter. Jika homeless shelter hanya memberi tempat untuk tidur, maka
rumah senja, selain memberikan tempat tidur juga memberikan makan sebelum tidur
dan memberi makan setelah bangun. Inilah salah satunya cara memanusiakan
manusia dan pengaplikasiaan dari pasal 34 UUD 45 ayat (1). Setidaknya jika
pemerintah tidak mampu memberikan rumah terhadap para tuna wisma, sebisa
mungkin pemerintah memberi mereka
sedikit kenyamanan serta kehangatan suasana sebuah rumah yang telah lama tidak
mereka rasakan. Rumah senja
ini tidak akan terwujud jika tidak ada campur tangan pemerintah.
Di setiap daerah, disetiap desa, perumahan, komplek pastilah rumah ibadah umat islam ini sangat mudah dijumpai. Bahkan dalam satu desa atau tempat, bisa dijumpai lebih dari 1 masjid dalam jarak 300-500 meter. Masjid mempunyai administrasi keuangan dari sumbangan swadaya masyarakat melalui perantara kotak amal maupun sumbangan langsung dari para dermawan. Bisa dikatakan pemasukan keuangan masjid tergolong besar dan takan pernah surut. Akan tetapi yang kita ketahui keuangan dari pendapatan kotak amal terkadang hanya di perguanakan sebagai bayar listrik, air dan sisanya untuk membangun kemegahan sebuah masjid. Kebanyakan dari pihak DKM masjid selalu berlomba-lomba membangun masjid semegah mungkin, padahal membangun kemegahan masjid bukanlah sebuah prioritas, dan secara mendasar tujuan masjid dibangun bukan untuk bermegah-megah dan dimegah-megahkan. Sekarang coba kita bayangkan jika uang sisa dari pembayaran listrik dan air sebagian disisihkan lalu dibelikan sembako dan diberikan kepada fakir miskin (bukan yang memiskinkan diri dan berpura-pura miskin) yang bermukim di sekitaran Masjid atau yang masih bisa terjangkau oleh masjid. Insha allah problem kemiskinan bisa teratasi dan yang lebih baik lagi, sumbangan bisa tepat sasaran dan terakomodir dengan baik dan uang-uang masyarakat yang dititipkan pada masjid bisa jauh lebih bijak dan bermanfaat dalam pengunaannya dari pada membangun sebuah susunan batu bata. Karena kita(Islam) bukan orang-orang yang menyembah bangunan. Selain menjadi sarana ibadah, masjid juga menjadi pusat dari misi kemanusian di daerah/desa. Terkadang seseorang terlalu terpaku dalam membangun sebuah bangunan dari pada membangun sebuah penghidupan.
Namun di luar itu semua dengan adanya kemudahan teknologi, kita semua bisa membantu saudara kita yang membutuhkan melalui badan zakat yang sudah merangrang buana dalam misi kemanusiaan. dengan cukup di dalam rumah dan niat yang tulus cukup dengan meng klik Donasi kita semua telah menyelamatkan ribuan kaum dhuafa dan menjadi Hero Zaman now. Karena satu gerakan nyata lebih berarti dari ribuan tundukan doa
0 komentar:
Post a Comment